Komersialisasi Bersama Industri, Ini Spesifikasi PUNA Alap-alap
Jakarta – Humas BRIN. Dikembangkan sejak 2012-2013 lalu, PUNA Alap-alap memiliki rentang sayap 3.2 meter, berat maksimum lepas landas 31 Kg dan mampu terbang selama 5 jam. Sistem avionic dan datalink yang digunakan PUNA Alap-alap mampu mencapai ketinggian 10.000 kaki dengan jangkauan hingga 100 Km Line of Sight (LOS).
“Selain itu, PUNA Alap-alap mampu beroperasi pada kecepatan jelajah 55 knots dan membutuhkan landasan sepanjang +200-meter untuk lepas landas dan mendarat,” ujar Fadilah Hasim, Kepala Pusat Riset Penerbangan BRIN dalam acara penanda penandatanganan tiga Dokumen Perjanjian Lisensi antara BRIN dengan Industri pada Selasa (21/5).
PUNA Alap-alap adalah sebuah Pesawat Udara Nir-awak—atau biasa dikenal sebagai DRONE atau UAV—jenis tactical yang dikembangkan di Indonesia. PUNA Alap–alap dengan konfigurasi double boom serta inverted V tail dirancang untuk memenuhi beberapa misi seperti pemetaan, pengawasan dan pengintaian jelas Fadilah lebih lanjut.
“PUNA Alap-alap sudah terbukti kemampuan dan keandalannya dalam berbagai misi. Di antaranya pada 2017 Puna Alap-alap digunakan untuk melakukan pemetaan resolusi cukup tinggi untuk jalur kereta api Cirebon – Brebes, pemantauan area tambang liar Gunung Halimun, pemetaan daerah terdampak gempa di Lombok, pemetaan Gunung Anak Krakatau paska tsunami yang ketiganya dilakukan pada 2018, serta pemetaan Gunung Anak Krakatau pada tahun 2019,” terang Fadilah.
Fadilah menyebut pada tahun 2018, PUNA Alap – Alap telah mendapatkan Sertifikat Kelaikudaraan Militer yang dikeluarkan oleh Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA) yang saat ini dikenal dengan Indonesian Defence Airworthiness Authority (IDAA) Kementrian Pertahanan Republik Indonesia.
Fadilah Hasim, Kepala Pusat Riset Penerbangan BRIN
Terdapat tiga lisensi yang ditandangani dalam kegiatan ini, salah satunya adalah Perjanjian Lisensi tentang Desain Industri: Puna Alap-Alap antara BRIN dengan PT Solid Base Technology. Perjanjian ini merupakan langkah BRIN untuk memfasilitasi dan menjembatani hasil-hasil riset yang sudah ada dari periset untuk kemudian dimanfaatkan oleh para mitra BRIN, badan usaha, baik itu industri maupun juga UMKM.
Saat ini Fadilah menyebut tim pengembang PUNA Alap-alap sedang terus meningkatkan kapasitas weight reduction agar bisa menambah muatan untuk menambah kapasitas dalam melakukan misi.
“Harapannya melalui perjanjian lisensi ini, tentu bukan akhir, malah mungkin ini merupakan Langkah baru dari start point kita untuk kolaborasi lebih intens sehingga PUNA Alap-alap dapat lebih kita tingkatkan performanya baik terbang, misi dan juga diperluas pemanfaatannya untuk keperluan masyarakat yang lebih luas,” pungkas Fadilah. (akb)